PROGRESS REPORT PROGRAM ALIVE
(Keadaan sampai Minggu Ke III/Agustus 2008)
1. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK CREDIT UNION (CU)
Sebelum pembentukan kelompok CU di masyarakat, Field Asistem (FA) di enam desa terlebih dahulu mengikuti pelatihan Credit Union selama 5 hari dari tanggal 23-27 Mei 2008 di Kantor Alive Stabat Kabupaten Langkat. Tujuan pelatihan adalah memberikan pengetahuan pada FA tentang prinsip-prnsip dasar pengelolaan CU. Ketika akan turun di lapangan para FA sudah dapat bahan yang akan disosialisasikan dimayarakat. Pembentukan kelompok CU dimasyarakat, haraannya dapat menjadi lembaga keuangan di desa untuk membantu masyarakat dalam peningkatan usaha-usaha ekonomi mereka.
Sosialisasi dan pembentukan CU di tiga desa Kabupaten Aceh selatan dan tiga desa di Kabupaten Langkat telah dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2008. Setiap desa terbentuk 2 kelompok CU yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, khusus di 3 desa Kabupaten Aceh Selatan penamaan CU di ganti dengan simpan pinjam syariah. Kegiatan CU yang sudah berjalan disetiap kelompok adalah pertemuan bulanan, pembukuan, penarikan uang pangkal dan iuran wajib serta pemberian pinjaman ke anggota yang membutuhkan.
2. TRAINING OF TRAINERS (TOT) BAGI FIELD ASISTEN DAN PEMANDU DESA
Training of Trainers (TOT) bagi Field Asissten dan pemandu desa bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam pengorganisasian masyarakat dengan pendekatan sekolah lapangan, selain itu mereka juga akan diperkuat dengan teknik kajian desa partisipatif yang melibatkan masyarakat serta penyampaian beberapa materi terkait dengan conservasi habitat orangutan.
Pelatihan TOT dilaksanakan di Hotel Sibayak Louser Bukit Lawang yang berlangsung dari tanggal 14 s.d 23 Juli 2008. Jumlah peserta yang mengikuti latihan ini sebanyak 26 orang terdiri dari FA 6 orang, pemandu desa 12 orang, lembaga mitra 7 orang dan 1 orang pemuda setempat. Pelatihan ini difasilitasi oleh tim pemandu dari OCSP, Staf Alive (pekat, paras dan Field).
Materi dan Proses Latihan.
Garis besarnya materi yang disampaikan dalam latihan TOT adalah teknik-tehnik kajian perikehidupan masyarakat desa, pengorganisasian (kepemanduan) dan topik yang terkait dengan conservasi habitat orangutan. Dalam penyajian materi, secara keseluruhan prosesnya mengacu pada pendidikan orang dewasa dengan mengembangkan dan membangun partisipasi peserta dalam belajar. Metode ini, disamping dapat memudahkan pemahaman peserta terhadap materi yang dibahas, juga memungkinkan terjadinya pengembangan pengetahuan atas penalaran oleh masing-masing peserta. Selain itu proses belajar dengan mengamati atau belajar langsung di lapangan atau objek sasaran memberikan manfaat terhadap penguasaan materi lebih cepat, sedangkan poses diskusi kelompok, presentasi dan pleno akan meningkatkan kemampuan peserta dalam berkomunikasi, meningkatkan kemampuan dalam membangun kerjasama, meningkatkan sikap kesabaran setiap peserta.
Apa keberhasilan yang dicapai ?
Sepuluh hari proses TOT berlangsung di Bukit Lawang, 6 orang Field Assisten dan 12 orang pemandu desa, telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengorganisir pelaksanaan Sekolah lapangan pengembangan usaha kelompok berbasis konservasi untuk mengurangi ancaman habitat orangutan. Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan dalam memfasilitasi masyarakat dalam melakukan kajian partisipatif perikehidupan masyarakat desa, kemampuan dalam perorganisasian masyarakat desa dalam aksi konservasi serta peningkatan pengetahuan teknis terkait dengan usaha-usaha konservasi habitat orangutan. Selamat berjuang..!
3. SEKOLAH LAPANGAN
Apa itu Sekolah Lapangan; Sekolah Lapangan (SL) adalah sekolah yang berada di lapangan, merupakan suatu sistim pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani dan keluarganya serta anggota masyarakat lainnya, terutama yang bermukin di pedesaan. Tujuan utama dari penyelenggaraan Sekolah lapangan pengembangan usaha kelompok berbasis konservasi untuk mengurangi ancaman habitat orangutan adalah meningkatkan kemampuan, kesadartahuan masyarakat dalam memahami lingkungan desanya dalam rangka mengembangkan usaha-usaha ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya, melalui pengembangan sikap kritis, keterampilan dan pengambilan keputusan yang tepat dalam hal pengelolaan ekosistem baik kebun, sawah, hutan maupun pekarangan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan desa secara holistik.
Pelaksanaan SL dimulai dengan kegiatan assessment perikehdupan masyarakat desa yang difasilitasi oleh 3 orang pemandu 1 orang Field Assisten dan 2 orang pemandu desa dengan melibatkan 30 orang masyarakat desa. Hasil assessment akan menjadi bahan penyusunan Rencana Aksi Koservasi oleh masyarakat desa, dalam pelaksanaannya akan melibatkan masyarakat lebih banyak. Perkembangan kegiatan SL di enam desa intervensi program Alive sampai periode ini (Mg III Agustus 2008) adalah:
a. Desa Sampe Raya dan Desa Timbang Lawan, baru pada tahap sosialisasi dan pembahasan pemahaman ekosistem desa.
b. Desa Timbang Jaya tahap assesment yang sudah dilakukan adalah sosialisasi program SL, Pemahaman ekosistem desa, pemetaan dan analisa foto.
c. Desa Durian, Desa Pucuk Lembang, dan Desa Pasie Lembang, kegiatan assessment yang sudah dilakukan bersama masyarakat adalah sosialisasi SL, pemahaman ekosistem desa, pemetaan, analisa foto, penelusuran wilayah desa, kalender musim dan analisa kecendrunan.
Kegiatan assesment di enam desa, harapannya selesai bulan September 2008 dan masyarakat sudah dapat menyusun Rencana Aksi Konservasi di desanya sehingga bulan Oktober 6 desa sudah memasuki pelaksanaan Aksi Konservasi untuk mengurangi ancaman abitat orangutan.
Hasil-hasil yang sudah dicapai di SL dan perubahan-perubahan yang terjadi di maysarakat.
Pelaksanaan SL diawali dengan sosialisasi program, awalnya hampir semua desa memberikan tanggapan negatif terhadap program Sekolah lapangan dan Credit union (CU), hal ini didasari dari pengalaman masyarakat terhadap lembaga yang masuk di desa mereka terkadang hanya janji-janji tampa suatu kegiatan. Hal lain yang menghambat tim pemandu masuk di desa, adanya kebiasaan masyarakat menerima bantuan langsung sehingga yang ditanyakan hanya bantuan materi yang bisa diberikan kepada mereka. Dengan pendekatan yang dilakukan tim pemandu akhirnya di awal bulan Agustus 2008 di enam desa sudah terbentuk kelompok SL.
Pelaksanaan assessment partisipatif. Mmasyarakat telah banyak belajar terhadap lingkungannya melalui pemahaman ekosistem desa, masyarakat dapat memahami unsur-unsur ekosistem desanya serta keterakitan antara unsur-unsur tersebut, misalnya pemahaman keterkaitan antara hutan, ketersedian air, sawah, ladang dan kehidupan masyarakt sendiri. Pembahasan materi ini dapat membangun kesadartahuan masyarakat atas kelestarian lingkungan desa mereka, karena pada akhirnya masyarakat akan sadar bahwa kerusakan hutan misalnya akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Ibu Norma salah seorang peserta SL Desa Durian Kawan yang melakukan presentasi pemetaan ekosistem desanya mengatakan bahwa selama ini kami bodoh tidak memahami potensi desa kami bahkan merusaknya, saat ini hidup kami susah pertanian tidak behasil lagi anak-anak tidak bisa sekolah. Melalui pemetaan masyarakat memahami potensi desa meraka dan masalah-masalah yang terkandung di dalamnya. Peserta SL sangat merasa bangga atas kemampuan mereka dalam membuat peta, menganalisa dan mempresentasikan kepada pihak lain. Terbangunnya semangat peserta di awal pelaksanaan SL merupakan kesuksesan tersendiri oleh para pemandu SL sehingga pelaksanaan kegiatan selanjutnya akan lebih mudah karena masyarakat sudah percaya bahwa kegiatan ini akan memberi manfaat bagi kehidupan mereka.
Kesadartahuan masyarakat terhadap lingkungan desanya, semakin kuat setelah mereka melakukan analisa foto, penelusuran wilayah desa dan analisa kecendrunan. Pak. Sawir peserta SL Durian kawan yang sudah melakukan penelusuran wilayah desa dan analisa kecendrunan, menuturkan desa kami sekarang ini betul-betul sudah rusak hutan semakin gundul, sawah tidak produktip lagi karena air kurang, lahan semakin kering, bila terjadi hujan berlangsung 1 jam saja sudah banjir, intinya kehidupan masyarakat semakin susah. Lebih lanjut, Pak Sawir menyampaikan kerusakan lingkungan mereka adalah akibat mereka sendiri. Dari kondisi ini masyarakat sangat berharap ada perubahan yang mendasar soal ekonomi dan kelestarian lingkungan yang lebih berkelanjutan, harapannya program Alive dapat membantu mereka untuk meniti jembatan bambu menuju desa yang lebih baik, kata pak. Sawir yang diamini rekan-rekanya.
Apa perubahan-perubahan yang terjadi dimasayarakat ?
Belum banyak perubahan yang dapat dilihat dimasyarakat terkait dengan pelaksanaan SL konservasi habitat orangutan dan CU di enam desa intervensi program Alive karena kegiatan saat ini masih pada tahap assessment, namun demikian pada tahap ini ada beberapa pernyataan yang menarik dari masyarakat serta beberapa temuan-temuan di lapangan antara lain:
a. Ada kesadaran dan keseriusan masyarakat untuk membentuk lembaga keuangan masyarakat (CU), terlihat dari jumlah masyarakat yang mau terlibat selalu bertambah setiap bulan.
b. Adanya keinginan masyarakat Desa Timbang Jaya dan Sampe Raya, untuk mengembalikan nama daerah ini sebagai penghasil durian serta adanya kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata bukit lawan dengan panorama alam dan satwa orangutan, sehingga dalam penanamannya sebagian bibit durian akan ditanam disepanjang bantaran sungai bahorok yang berbatasan TNGL.
Menurut Yudi tokoh muda desa samperaya, saat ini masyaakat telah mengumpulkan biji durian kurang lebih 5.000 biji dan sebagian sudah dibibitkan. Sedangkan kelompok Ibu-ibu yang dikoordinir oleh Ibu Yanti sudah mendapatkan bibit dari penangkar sebanyak 2.000 pohon siap tanam dan selanjutnya masih ada upaya untuk menghubungi beberapa panangkar bibit dan lembaga untuk dimintai bantuan dalam penediaan bibit.
c. Sistim bertani nilam di Desa Pucuk Lembang adalah sistim berpindah-pindah dengan tebas bakar, ada keinginan masyarakat untuk bertani menetap tetapi masyarakat masih kurang paham sistim budidaya tanaman intensif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
d. Batas antara hutan TNGL dan hutan adat, bagi masyarakat Desa Pasie Lembang tidak jelas sehingga ada keinginan untuk duduk bersama antara masyarakat dan pemerintah. Selain itu, tokoh muda didesa ini ada keinginan untuk membentuk forum perduli lingkungan.
e. Desa Durian Kawan, Desa Pasie Lembang dan Desa Pucuk Lembang, ditemukan keraifan lokal yang mengatur tata kehidupan desa, utamanya terhadap pengelolaan hutan dan sungai, namun saat ini aturan-aturan tersebut belum sepenuhnya berjalan.
f. Sudah tumbuh kesadaran masyarakat terkait kelestarian lingkungan (hutan). Peserta SL Desa Durian Kawan menyampaikan, kalau ekonomi kami sudah baik panen padi berhasil kami tidak kehutan lagi, tokoh muda desa Pasie Lembang juga menyampaikan kalau serangan hama babi bisa diatasi dan usaha pertanian bisa berhasil, maka kami yang jaga kelestarian hutan kami.
Abdul Gafar (Alive-FP3/Senior Resident Trainers)
26 Agustus 2008
(Keadaan sampai Minggu Ke III/Agustus 2008)
1. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK CREDIT UNION (CU)
Sebelum pembentukan kelompok CU di masyarakat, Field Asistem (FA) di enam desa terlebih dahulu mengikuti pelatihan Credit Union selama 5 hari dari tanggal 23-27 Mei 2008 di Kantor Alive Stabat Kabupaten Langkat. Tujuan pelatihan adalah memberikan pengetahuan pada FA tentang prinsip-prnsip dasar pengelolaan CU. Ketika akan turun di lapangan para FA sudah dapat bahan yang akan disosialisasikan dimayarakat. Pembentukan kelompok CU dimasyarakat, haraannya dapat menjadi lembaga keuangan di desa untuk membantu masyarakat dalam peningkatan usaha-usaha ekonomi mereka.
Sosialisasi dan pembentukan CU di tiga desa Kabupaten Aceh selatan dan tiga desa di Kabupaten Langkat telah dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2008. Setiap desa terbentuk 2 kelompok CU yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, khusus di 3 desa Kabupaten Aceh Selatan penamaan CU di ganti dengan simpan pinjam syariah. Kegiatan CU yang sudah berjalan disetiap kelompok adalah pertemuan bulanan, pembukuan, penarikan uang pangkal dan iuran wajib serta pemberian pinjaman ke anggota yang membutuhkan.
2. TRAINING OF TRAINERS (TOT) BAGI FIELD ASISTEN DAN PEMANDU DESA
Training of Trainers (TOT) bagi Field Asissten dan pemandu desa bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam pengorganisasian masyarakat dengan pendekatan sekolah lapangan, selain itu mereka juga akan diperkuat dengan teknik kajian desa partisipatif yang melibatkan masyarakat serta penyampaian beberapa materi terkait dengan conservasi habitat orangutan.
Pelatihan TOT dilaksanakan di Hotel Sibayak Louser Bukit Lawang yang berlangsung dari tanggal 14 s.d 23 Juli 2008. Jumlah peserta yang mengikuti latihan ini sebanyak 26 orang terdiri dari FA 6 orang, pemandu desa 12 orang, lembaga mitra 7 orang dan 1 orang pemuda setempat. Pelatihan ini difasilitasi oleh tim pemandu dari OCSP, Staf Alive (pekat, paras dan Field).
Materi dan Proses Latihan.
Garis besarnya materi yang disampaikan dalam latihan TOT adalah teknik-tehnik kajian perikehidupan masyarakat desa, pengorganisasian (kepemanduan) dan topik yang terkait dengan conservasi habitat orangutan. Dalam penyajian materi, secara keseluruhan prosesnya mengacu pada pendidikan orang dewasa dengan mengembangkan dan membangun partisipasi peserta dalam belajar. Metode ini, disamping dapat memudahkan pemahaman peserta terhadap materi yang dibahas, juga memungkinkan terjadinya pengembangan pengetahuan atas penalaran oleh masing-masing peserta. Selain itu proses belajar dengan mengamati atau belajar langsung di lapangan atau objek sasaran memberikan manfaat terhadap penguasaan materi lebih cepat, sedangkan poses diskusi kelompok, presentasi dan pleno akan meningkatkan kemampuan peserta dalam berkomunikasi, meningkatkan kemampuan dalam membangun kerjasama, meningkatkan sikap kesabaran setiap peserta.
Apa keberhasilan yang dicapai ?
Sepuluh hari proses TOT berlangsung di Bukit Lawang, 6 orang Field Assisten dan 12 orang pemandu desa, telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengorganisir pelaksanaan Sekolah lapangan pengembangan usaha kelompok berbasis konservasi untuk mengurangi ancaman habitat orangutan. Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud adalah kemampuan dalam memfasilitasi masyarakat dalam melakukan kajian partisipatif perikehidupan masyarakat desa, kemampuan dalam perorganisasian masyarakat desa dalam aksi konservasi serta peningkatan pengetahuan teknis terkait dengan usaha-usaha konservasi habitat orangutan. Selamat berjuang..!
3. SEKOLAH LAPANGAN
Apa itu Sekolah Lapangan; Sekolah Lapangan (SL) adalah sekolah yang berada di lapangan, merupakan suatu sistim pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani dan keluarganya serta anggota masyarakat lainnya, terutama yang bermukin di pedesaan. Tujuan utama dari penyelenggaraan Sekolah lapangan pengembangan usaha kelompok berbasis konservasi untuk mengurangi ancaman habitat orangutan adalah meningkatkan kemampuan, kesadartahuan masyarakat dalam memahami lingkungan desanya dalam rangka mengembangkan usaha-usaha ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya, melalui pengembangan sikap kritis, keterampilan dan pengambilan keputusan yang tepat dalam hal pengelolaan ekosistem baik kebun, sawah, hutan maupun pekarangan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan desa secara holistik.
Pelaksanaan SL dimulai dengan kegiatan assessment perikehdupan masyarakat desa yang difasilitasi oleh 3 orang pemandu 1 orang Field Assisten dan 2 orang pemandu desa dengan melibatkan 30 orang masyarakat desa. Hasil assessment akan menjadi bahan penyusunan Rencana Aksi Koservasi oleh masyarakat desa, dalam pelaksanaannya akan melibatkan masyarakat lebih banyak. Perkembangan kegiatan SL di enam desa intervensi program Alive sampai periode ini (Mg III Agustus 2008) adalah:
a. Desa Sampe Raya dan Desa Timbang Lawan, baru pada tahap sosialisasi dan pembahasan pemahaman ekosistem desa.
b. Desa Timbang Jaya tahap assesment yang sudah dilakukan adalah sosialisasi program SL, Pemahaman ekosistem desa, pemetaan dan analisa foto.
c. Desa Durian, Desa Pucuk Lembang, dan Desa Pasie Lembang, kegiatan assessment yang sudah dilakukan bersama masyarakat adalah sosialisasi SL, pemahaman ekosistem desa, pemetaan, analisa foto, penelusuran wilayah desa, kalender musim dan analisa kecendrunan.
Kegiatan assesment di enam desa, harapannya selesai bulan September 2008 dan masyarakat sudah dapat menyusun Rencana Aksi Konservasi di desanya sehingga bulan Oktober 6 desa sudah memasuki pelaksanaan Aksi Konservasi untuk mengurangi ancaman abitat orangutan.
Hasil-hasil yang sudah dicapai di SL dan perubahan-perubahan yang terjadi di maysarakat.
Pelaksanaan SL diawali dengan sosialisasi program, awalnya hampir semua desa memberikan tanggapan negatif terhadap program Sekolah lapangan dan Credit union (CU), hal ini didasari dari pengalaman masyarakat terhadap lembaga yang masuk di desa mereka terkadang hanya janji-janji tampa suatu kegiatan. Hal lain yang menghambat tim pemandu masuk di desa, adanya kebiasaan masyarakat menerima bantuan langsung sehingga yang ditanyakan hanya bantuan materi yang bisa diberikan kepada mereka. Dengan pendekatan yang dilakukan tim pemandu akhirnya di awal bulan Agustus 2008 di enam desa sudah terbentuk kelompok SL.
Pelaksanaan assessment partisipatif. Mmasyarakat telah banyak belajar terhadap lingkungannya melalui pemahaman ekosistem desa, masyarakat dapat memahami unsur-unsur ekosistem desanya serta keterakitan antara unsur-unsur tersebut, misalnya pemahaman keterkaitan antara hutan, ketersedian air, sawah, ladang dan kehidupan masyarakt sendiri. Pembahasan materi ini dapat membangun kesadartahuan masyarakat atas kelestarian lingkungan desa mereka, karena pada akhirnya masyarakat akan sadar bahwa kerusakan hutan misalnya akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Ibu Norma salah seorang peserta SL Desa Durian Kawan yang melakukan presentasi pemetaan ekosistem desanya mengatakan bahwa selama ini kami bodoh tidak memahami potensi desa kami bahkan merusaknya, saat ini hidup kami susah pertanian tidak behasil lagi anak-anak tidak bisa sekolah. Melalui pemetaan masyarakat memahami potensi desa meraka dan masalah-masalah yang terkandung di dalamnya. Peserta SL sangat merasa bangga atas kemampuan mereka dalam membuat peta, menganalisa dan mempresentasikan kepada pihak lain. Terbangunnya semangat peserta di awal pelaksanaan SL merupakan kesuksesan tersendiri oleh para pemandu SL sehingga pelaksanaan kegiatan selanjutnya akan lebih mudah karena masyarakat sudah percaya bahwa kegiatan ini akan memberi manfaat bagi kehidupan mereka.
Kesadartahuan masyarakat terhadap lingkungan desanya, semakin kuat setelah mereka melakukan analisa foto, penelusuran wilayah desa dan analisa kecendrunan. Pak. Sawir peserta SL Durian kawan yang sudah melakukan penelusuran wilayah desa dan analisa kecendrunan, menuturkan desa kami sekarang ini betul-betul sudah rusak hutan semakin gundul, sawah tidak produktip lagi karena air kurang, lahan semakin kering, bila terjadi hujan berlangsung 1 jam saja sudah banjir, intinya kehidupan masyarakat semakin susah. Lebih lanjut, Pak Sawir menyampaikan kerusakan lingkungan mereka adalah akibat mereka sendiri. Dari kondisi ini masyarakat sangat berharap ada perubahan yang mendasar soal ekonomi dan kelestarian lingkungan yang lebih berkelanjutan, harapannya program Alive dapat membantu mereka untuk meniti jembatan bambu menuju desa yang lebih baik, kata pak. Sawir yang diamini rekan-rekanya.
Apa perubahan-perubahan yang terjadi dimasayarakat ?
Belum banyak perubahan yang dapat dilihat dimasyarakat terkait dengan pelaksanaan SL konservasi habitat orangutan dan CU di enam desa intervensi program Alive karena kegiatan saat ini masih pada tahap assessment, namun demikian pada tahap ini ada beberapa pernyataan yang menarik dari masyarakat serta beberapa temuan-temuan di lapangan antara lain:
a. Ada kesadaran dan keseriusan masyarakat untuk membentuk lembaga keuangan masyarakat (CU), terlihat dari jumlah masyarakat yang mau terlibat selalu bertambah setiap bulan.
b. Adanya keinginan masyarakat Desa Timbang Jaya dan Sampe Raya, untuk mengembalikan nama daerah ini sebagai penghasil durian serta adanya kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata bukit lawan dengan panorama alam dan satwa orangutan, sehingga dalam penanamannya sebagian bibit durian akan ditanam disepanjang bantaran sungai bahorok yang berbatasan TNGL.
Menurut Yudi tokoh muda desa samperaya, saat ini masyaakat telah mengumpulkan biji durian kurang lebih 5.000 biji dan sebagian sudah dibibitkan. Sedangkan kelompok Ibu-ibu yang dikoordinir oleh Ibu Yanti sudah mendapatkan bibit dari penangkar sebanyak 2.000 pohon siap tanam dan selanjutnya masih ada upaya untuk menghubungi beberapa panangkar bibit dan lembaga untuk dimintai bantuan dalam penediaan bibit.
c. Sistim bertani nilam di Desa Pucuk Lembang adalah sistim berpindah-pindah dengan tebas bakar, ada keinginan masyarakat untuk bertani menetap tetapi masyarakat masih kurang paham sistim budidaya tanaman intensif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
d. Batas antara hutan TNGL dan hutan adat, bagi masyarakat Desa Pasie Lembang tidak jelas sehingga ada keinginan untuk duduk bersama antara masyarakat dan pemerintah. Selain itu, tokoh muda didesa ini ada keinginan untuk membentuk forum perduli lingkungan.
e. Desa Durian Kawan, Desa Pasie Lembang dan Desa Pucuk Lembang, ditemukan keraifan lokal yang mengatur tata kehidupan desa, utamanya terhadap pengelolaan hutan dan sungai, namun saat ini aturan-aturan tersebut belum sepenuhnya berjalan.
f. Sudah tumbuh kesadaran masyarakat terkait kelestarian lingkungan (hutan). Peserta SL Desa Durian Kawan menyampaikan, kalau ekonomi kami sudah baik panen padi berhasil kami tidak kehutan lagi, tokoh muda desa Pasie Lembang juga menyampaikan kalau serangan hama babi bisa diatasi dan usaha pertanian bisa berhasil, maka kami yang jaga kelestarian hutan kami.
Abdul Gafar (Alive-FP3/Senior Resident Trainers)
26 Agustus 2008